Hingga kini NIKUBA masih belum ada kejelasan
Setiap penemuan yang dilakukan oleh warga kita, indonesia. Selalu berakhir tanpa adanya kabar, bahkan menjadi project mangkrak. Banyak orang mungkin akan menyalahkan pemerintah, kenapa pemerintah gak mendukung mereka. Padahal bagus, ada masyarakat yang unggul dan kreatif.
Sama, saya juga berfikir demikian. Saya sangat menyangkan kenapa pemerintah tidak pernah atau jarang sekali mendukung kreatifitas dari warga. Namun kini, saya sudah belajar banyak dari kasus-kasus sebelumnya. Dan sekarang saya paham, kenapa alasan pemerintah tidak mendukung mereka.
Jadi gini, kalau kita awam banget mengenai teknologi. KIta jadi nggak tahu apakah ide mereka asli, real, bisa di buktikan, masuk akal. Tapi kalau kita nggak punya ilmu pengetahuan, ya pasti bakalan percaya begitu saja, pasti bakalan mendukung ide/gagasan yang kejelasanya masih di pertentangkan.
Dari viralnya masalah kegaduhan antara pak Aryanto Misel dengan Netizen seluruh indonesia, sudah cukup membuktikan bahwa sebagian besar warga kita minim ilmu pengetahuan. Sebenarnya gampang sih, di jaman sekarang, nggak ada lagi orang yang bodoh. Hanya ada orang malas...
Karena, informasi bisa di dapat dengan mudah di internet. TInggal saja bagaimana kita mencari mempelajarinya, mencoba, belajar. Dan hanya orang pemalas lah yang tidak mau melakukan hal tersebut. Menurutmu gimana? Sebagiann besar warga kita malas.
Sifat malas di pengaruhi oleh faktor kesejateraan sosial. Salah satu contohnya, kurangnya motivasi untuk mempelajari hal baru. Dan mereka baru akan menyadari hal ini, setelah kejadian atau ada nya kasus, yang tentunya merugikan.
Nikuba hanya sebagai penghemat Bukan Pengganti BBM
Klaim pak Aryanto mengenai NIKUBA dapat menggantikan bahan bakar tidak dapat di buktikan secara ilmiah maupun pembuktian nyata. Sudah banyak video experiment di Yotube maupun platform sosmed lain, banyak orang yang punya fikiran sama seperti Pak Aryanto mencoba berbagai cara untuk membuat Generator Hidrogen sebagai pengganti Bahan Bakar.Namun pada akhirnya, tidak ada jalan keluar. Mau bagaimanapun, penggunaan hidrogen saja tidak mampu membuat mesin berputar tanpa ada nya bantuan dari Bahan Bakar. Mari kita bermain logika, jika klaim Nikuba benar adanya. Saya berani kok beli NIKUBA, cukup produksi saja secara massal tanpa bantuan dari pemerintah banyak peminatnya.
Kalau nggak salah saya pernah dengar, pada tahun 2001 Pak Aryanto pernah jual hak paten ke jepang seharga 750 juta, kemudian jual lagi Hak paten ke hongkong 350juta. Uang tersebut sudah jauh lebih dari cukup untuk memproduksi NIKUBA.
Plat Seng Stainless dan mur baut-bautnya bisa di dapatkan dengan harga 450rb, box akrilik bisa didapatkan dengan harga 290rb ( saya pernah beli ), Relay 70ribu, perkabelan 150 ribu, kipas pendingin 100 ribuan, selang tahan panas mungkin bisa didapat dengan harga 500 ribuan, pipa paralon pendukung + cangkir tupperware nya 300ribuan.
Kecil modalnya, gak mungkin sulit memproduksi alat begituan. Kita saja yang sudah pernah terjun dalam dunia kreatif, sudah mengetahui harga-harga alat di pasaran. Jadi tahu lah, kalau mau bikin projet apapun harganya berapa. Kalau klaimnya benar, ya sok atuh di buktikan produksi massal.
Pak Aryanto kurang pengetahuan dalam bidang elektronika
Dalam sebuah momen video podcast wawancara bersama jurnalis dari Kanal CIrebon beberapa kali ada perkataan pak Aryanto yang menyimpang dan tidak dapat di terima. Pertama, dia mengatakan kalau apapun listriknya lawanya kapasitor, kapasitor punya strum yang besar. Ini artinya dia nggak tahu prinsip dan cara kerja kapasitor.
Masih pada video yang sama, dia juga menunjukan kalau di kontrak sama WIKA untuk memperpanjang jarak tempuh pada Motor gesits dengan membuat suatu alat. Ini lebih menyimpang lagi, kita yang sudah mengetahui konsep daya, dan kejar-kejaran sama efisiensi dia malah bikin seuatu yang aneh.
Yakni memodifikasi baterai Gesits tanpa mengubah konsep rangkaian, apalagi menambah jumlah baterai. Yang namanya efisiensi ya nggak bisa di akalin, kecuali mengubah total sistem kelistrikan pada motor gesits. Contohnya menambah jumlah kapasitas baterai, menghubah lilitan kumparan motor sehingga mengurangi hambatanya dan menghasilkan putaran yang kencang.
Atau menambah sebuah girl torsi pada motor Gesits, dimana girls berfungsi untuk mengurangi lebih banyak berat beban saat pertama motor di jalankan. Potensi penggunaan sumber daya baterai lebih sedikit saat mulai berjalan. Tapi, pak Aryanto malah membuat alat entah apa itu.
Sudah 3 tahun lebih, masa belum produksi juga?
Kita di sini sudah lama menantikan sebuah terobosan tersebut benar adanya, dengan adanya bukti nyata. Minimal produknya tersedia di pasaran, dengan merk dagang NIKUBA dengan klaim yang sama yakni pengganti Bahan Bakar. Kalau ada ya, kita beli lumayan bisa menggantikan penggunaan listrik dari PLN.Isu NIkuba banyak dihubung-hubungkan dengan isu politik, banyak orang membenci pemerintah khususnya brin. Mereka membenci lantaran pemerintah tidak pernah mendukung ide pengembangan nikuba.
Kalau kita lihat sekilas, di berbagai jurnal ilmiah orang yang punya pengetahuan. Dan paham dengan konsep-konsep yang sudah diterapkan pada niku bahwa mereka bilangnya mustahil. Oleh sebab itu mereka tidak mau membuang-buang lebih banyak dana untuk mendukung proyek tersebut.
Jangankan pemerintah, Pak Haryanto sendiri tidak mau berinvestasi pada proyeknya sendiri. Apapun bisnisnya apapun konsepnya, investasi adalah salah satu langkah untuk membangun sebuah bisnis menjadi lebih berkembang.
Nikuba kan sudah mendapatkan banyak pendanaan, hasil dari pembelian dari TNI misalnya yang kemarin. Nggak mungkin uangnya hanya cukup untuk menutupi biaya produksi pasti ada lebihnya, kelebihan uang itu bisa dong diputar balikan untuk memproduksi nikuba di masa mendatang.
Namun hingga kini gimana kabarnya, Pak Haryanto sendiri tidak pernah memproduksinya. Ya dia juga takut takut produknya nggak laku di pasaran, Yang benar saja produk tersebut dipasarkan dengan cara yang salah. Yang ini dengan mengklaim bahwa alat ini bisa menggantikan BBM, ya wajar dong pembeli ber ekspektasi lebih.
Berbeda dengan Joko energi pengembang Generator HHO sebelum adanya NIKUBA. Produk Joko energi kalau dilihat hampir sama dengan nikuba, namun desain tersebut sudah tidak digunakan lagi. Joko energi menjual generator hho ini untuk tujuan kebutuhan penghematan bahan bakar, Selain itu ada juga yang dijual katanya untuk tujuan kesehatan atau dunia medis.
Klaim yang benar terhadap suatu produk dapat membuat nilai produk tersebut laris di pasaran, dan tidak menyebabkan konflik dan pembeli tidak terlalu berharap berlebihan karena klaimnya tidak juga berlebihan.
Mungkin cukup sampai di sini untuk artikel kali ini, viralnya isunicoba membuat saya melek mengenai masih adanya orang yang malas di Indonesia. Mereka malas belajar malas mencari tahu sehingga menghujat orang yang tentunya belum tentu salah juga.
Bayangkan ya jika kita mendukung konsep dan gagasan yang tidak jelas maka akan menjadi korban penipuan, sudah banyak korban penipuan yang sama dan serupa seperti ini. Tapi mereka ya malah mencari namanya orang malas, kerjanya juga nggak terlalu bener. Sosmednya penuh dengan debat Kusir nggak ada habisnya.