Tukang parkir menyulitkan atau justru mempermudah?

pihak kepolosian kasih paham tukang parkir

Suatu hal yang menurut saya bikin resah adalah tukang parkir. Sebenarnya tidak ada masalah sih dengan tukang parkir, tapi terkadang kita merasa kehadiran mereka justru memberatkan. Jadi ceritanya, ketika belanja sering sekali tuh kita memarkir motor di parkiran, namun waktu yang di gunakan hanya beberapa menit.

Rasanya tidak nyaman ketika harus membayar uang kepada parkir, apalagi kita berada di sana kurang dari 5 menit. Inilah kita kadang merasa jengkel, dan seperti di pajakin oleh orang yang tak di kenal. Kalau cuma sekali, rasanya tidak masalah. Tapi bayangkan, ketika kita ke ATM, terus belanja, terus ke sana ke sini yang dimana cuma parkir dalam waktu yang sebentar.

Coba hitung, uang parkir 2000 x jumlah parkir. Berapa banyak uang pengeluaran? Padahal, tujuan utama dari kita punya kendaraan sendiri, khususnya kendaraan roda dua adalah untuk menghemat ongkos ketika bepergian. Tapi sejak kehadiran tukang parkir di berbagai tempat, sepertinya percuma gak ada potensi penghematan menggunakan kendaraan pribadi.

Dan yang paling saya tidak suka di tempat tukang parkir adalah mereka tidak benar-benar mejaga motor yang ada di sana. Ada salah satu teman saya, ia kehilangan helm di parkiran. Apa yang terjadi? Petugas di sana menolak tanggung jawab, mereka tidak peduli atas kehilangan tersebut.

Lalu buat apa adanya tukang parkir kalau begitu? Sewa lahan, gak mungkin. Setiap tempat sudah pasti mengalokasikan tempat untuk ruang tempat parkir, kecuali apartemen. Di apartemen ruangan parkir memang di sewakan, tapi beda dengan tempat perbelanjaan umum, rumah makan, alfamart/indomart, ATM.

Sepertinya tukang parkir tidak selalu di butuhkan, lagian waktu rata-rata kunjungan cuma 2-5 menit. Saya sih iklash bayar mereka, tapi kalau cuma baru berhenti terus masuk ke ATM kurang dari 2 menit sudah di pajaki, itu yang bikin jengkel. Dan terlebih lagi, di kenai biaya beberapa kali saat parkir kembali.

Kalau dihitung dari segi ongkos, seandainya menggunakan Ojek. Ongkos traifnya 10.000/2KM, lumayan mahal. Dengan kendaraan sendiri kita dapat menempuh jarak tersebut hanya dengan nol persekian liter bahan bakar. Artinya, kita dapat menghemat lebih banyak uang daripada penggunaan ojek online.

Tapi dengan kehadiran tukang parkir di berbagai tempat, kalau sudah 5x parkir sudah habis 10 ribu. Gak peduli motor yang kita pakai motor sendiri atau tidak, bensin kita beli sendiri. Mereka memajak kita, okelah bayar jasa buat nutupin dudukan motor biar gak kena panas atau kotoran burung.

Oke saya terima, tapi kalau durasninya cuma sebentar gimana? Apa mereka mau di tawar, gk mungkin. Yang jelas, tukang parkir di berbagai tempat ini cukup meresahkan. Terlebih lagi, bagi saya yang punya uang berkecukupan. Misalnya buat belanja ke pasar, sudah pasti uang yang saya belanjakan pas, atau kalau nggak kurang dan saya kadang menghilangkan keinginan untuk membeli satu produk.

Tukang parkir juga tidak membantu dalam hal keamanan, karena mereka sering kali menolak tanggung jawab apabila terjadi kehilangan. Entah itu kehilangan motor, helm, atau sebagainya. Jadi buat apa? Gak ada gunanya, harusnya pemerintah membuat sebuah regulasi untuk membubarkan tukang parkir.

Kecuali di tempat-tempat yang memang di khususkan untuk lapak seperti itu. Tapi ini, depan toko langsung, di depan geng. Bahkan area warnet juga di pajakin, padahal mereka tidak punya identitas resmi. Saya paling takut kalau parkir cuma sebentar, sudah di pajakin. Rasanya seperti gak enak memberikan uang, karena jasa mereka sama sekali tidak bermanfaat menurut saya.

Saya juga marah ketika ada orang kehilangan, namun tukang parkir menolak tanggung jawab. Itu gimana? Kalau di situ tempat penitipan motor, ya tanggung jawab. Gak peduli kita bayar berapa, tanggung jawab sebagai petugasnya mana. Kalau seandainya nggak sanggup tanggung jaawb, ya udah gak usah jadi tukang parkir gitu aja.

RyanID
RyanID Tertarik pada teknologi, full stack developer at netzku.com