Benarkah ustad Yusuf Mansur menggunakan memakan hasil sedekah umat?

Yusuf Mansur saya bosen hidup miskin

Ustad Yusuf mansur atau dikenal dengan sebutan UYM kini jadi pembicaraan publik setelah jejak digital nya tersebar kembali. Viralnya UYM bukan hanya dipicuh oleh jejak digital nya yang muncul kembali, namun juga dipicuh oleh aksi kemarahan UYM sampai Gebrak meja dalam sebuah video.

Lantas dari video tersebut banyak penyelam-penyelam handal yang mencoba mengungkit kembali jejak rekaman UYM yang ada di Media Sosial.

Dalam berbagai video yang tersebar di dunia maya, banyak tauisyah UYM yang mengajak orang bersedekah. Bahkan hampir di setiap dakwah yang di sampaikan oleh UYM semuanya mengajak umat untuk bersedekah.

Namun bagian yang paling di soroti oleh netizen adalah tindakan UYM. Dimana UYM sering memaksa jamaah untuk menyedekahkan uang atau harta yang ia bawa ketika pengajian. Mulai dari cincin, uang, hingga kendaraan.

UYM juga kontroversial dengan dakwahnya yang menyebut ketika kita bersedekah maka di ganti berkali-kali lipat dalam bentuk kenikmatan duniawi. Hal ini tentunya bertentangan dengan ajaran islam.

Kekeliruan UYM dalam menafsirkan ayat Alqur'an membuat banyak umat salah paham. Namun semakin berkembangnya teknologi tentunya manusia semakin pintar, UYM bahkan kewalahan menepis kesalahan yang pernah ia lakukan semasa kejayaanya.




Dalam beberapa video yang beredar, UYM pernah di undang ke berbagai acara televisi lantaran namanya menjadi perbincangan publik. Dalam beberapa sesi pertanyaan, dimana host menayakan dari mana asal modal awal bisnis UYM?

Pertanyaan tersebut tampaknya tidak bisa di jawab oleh UYM, jawabanya berbeda-beda di setiap acara. Ada yang menyebut dapat dari anaknya, ada juga yang menyebut hasil dari berdoa kepada Allah.

Di sini terdapat kejanggalan, dimana UYM tak bisa membuktikan dari mana aliran dana yang di gunakan sebagai modal awal untuk bisnisnya. UYM terlihat salah tingkah, bahkan mengalihkan isu ke hal lain.

Dari berapa sumber yang saya baca, bisnis UYM ada juga yang menggunakan dana patungan, selain dana patungan pada penghujung 2013 banyak sekali leader Paytren yang dimana memasarkan produk paket lisensi kemitraan paytren dengan iming-iming komisi.

Dan untuk bergabung sebagai member, pengguna baru di wajibkan membayar lisensi sebesar Rp 350.000 hingga satu juta Rupiah. Namun hingga saat ini banyak member paytren yang tidak mendapatkan keuntungan dari bisnis tersebut, ada yang hanya membeli namun tidak di gunakan, ada juga yang tak paham cara menggunakan aplikasi tersebut sehingga hanya berakhir membeli saja.

Jika dilihat bisnis Paytren sama Halnya dengan bisnis VTube yang di tutup pada tahun 2020 lalu. Dimana para Leader mendapatkan keuntungan komisi yang besar ketika merekrut member baru, dana yang didapat merupakan dana yang berasal dari member baru tersebut.

Member baru kemudian merekrut member baru lagi, dan terus terjadi rantai skema ponzi. Dimana orang yang rugi adalah orang yang terakhir menggunakan aplikasi tersebut. Namun kini Paytren kurang diminati masyarakat, semakin lama peredaran para Leader paytren makin menurun.

Paytren merupakan perusahaan fintech yang bergerak dalam bidang pembayaran online, seperti PDAM, Pulsa, Paket Data, Tiket dan lain-lain. Namun kini sudah ada layanan Gratis seperti GrabKios, Traveloka, Payfazz, dan banyak layanan lain yang menawarkan produk yang sama namun bebas dari biaya-biaya member seperti PayTren.

Jika di totalkan seberapa banyak Paytren mendapatkan keuntungan dari penjualan linsensi? Mungkin sangat banyak sekali dengan potensi kerugian yang besar pula. Banyak anggota atau member paytren yang sudah membeli lisensi, sudah membayar paket keanggotaan tidak mendapatkan keuntungan seperti yang di janjikan.

Saya bisa bilang ini bisnis tipu-tipu, sama hal nya seperti pendiri nya yakni UYM. Merampok dengan gaya, dimana Agama dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan uang. Jika tidak mau sedekah di sebut kafir, dan b0doh.

Hasil uang yang ada dari patungan, bisnis paytren, hingga uang sedekah sudah mencapai miliaran. Tanpa data yang jelas kita tidak tahu kemana saja aliran dana tersebut, jika benar uang sedekah benar-benar di salurkan dengan baik pastinya kita UYM punya bukti yang kuat terkait catatan transaksinal kemana saja lari nya uang tersebut.

Jangankan ustad, pemerintah saja tanpa pengawasan yang ketat anggaran belanja negara bisa saja di korupsi. Dan saya tidak yakin, sekaligus tidak percaya, kalau uang sedekah para umat yang ikut dalam pengajian UYM benar-benar di salurkan.

Dalam kasus yang rumit ini UYM hanya ada dua pilihan agar bisa hidup tenang. Yang pertama, mengakui kesalahanya pada masa lalu, mempertanggung jawabkan perbuatanya, dan bertobat. Atau pilihan kedua, membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan yang telah di perbuat di masa lalu.

Yang jelas transaksi yang di lakukan oleh UYM mencapai triliunan rupiah, uang ini tentu tidak kecil. Mungkin ada sebagian dari anda yang uangnya mengalir ke UYM, baik karena bersedekah di acara Dakwah nya atau mungkin ikutan investasi, atau nyangkut akibat ikutan membeli lisensi aplikasi Paytren.



Mencuatnya isu UYM Mengingatkan saya pada kasus indra Kenz

Dimana peran nya sama saja, dimana indra kenz berkedok sebagai trading namun nyatanya Gambling, saya rasa UYM juga begitu. Namun UYM lebih parah lagi, bisnisnya di bungkus menggunakan Agama, memaksa para umat untuk menyedekahkan seluruh hartanya dengan iming-iming kenikmatan duniawi.

Paytren Di gugat oleh karyawanya sendiri

Selain itu ada juga bisnis Paytren, dimana untuk mendaftar sebagai member pengguna di wajibkan membeli lisensi dengan harga 350ribu hingga 1 juta rupiah. Dulu saya juga sempat tertarik dengan bisnis Paytren, namun beruntung saat itu saya tidak punya uang. Sehingga saya tidak jadi gabung.

Bisa di bayangkan kalau saya ikutan saya akan kehilangan uang 300ribu, dan untuk balik modal nya saya harus menjadi leader, merekrut pengguna baru untuk mendapatkan komisi. Itupun kalau pengguna yang di rekrut menjadi pengguna aktif dan mau membeli lisensi Paytren.

Betapa tidak masuk akalnya bisnis komisi seperti ini, jika ingin jualan pasti ada produk ada harga. Misalnya aplikasi GrabKIos, bisa di gunakan gratis tanpa harus membayar lisensi-lisensi khusus. Transaksinya jelas, kita bisa menukarkan uang dengan PPOB (layanan pembayaran lain).

Jika lisensi di kaitkan dengan Hak Izin usaha itu tidak mungkin, saya mendaftar ke berbagai layanan payment dan hanya membutuhkan KTP, Kartu Keluarga, Foto selfi dengan KTP, NPWP, Tanda tangan digital, dan surat Pendirian Usaha. Di sini saya nggak keluar banyak modal. Berikut ini janji-janji yang di keluarkan oleh Oleh para leader Paytren di kutip dari berbagai sumber

  • Menambah batas limit saldo anda<.li>
  • Memperbanyak keuntungan bonus reward yang akan didapatkan
  • Mendapatkan potensi fairing yang lebih banyak
  • isensi Paytren Mempunyai Bisnis yang Produknya Canggih dan Inovatif
  • Lisensi Paytren Mempunyai Hak Bisnis yang Bisnisnya Mudah dan Modern
  • Lisensi Paytren Hak Bisnis yang Komunitasnya Positif dan Agamis
  • Lisensi Paytren Mempunyai Bisnis yang Dipimpin Ustad Yusuf Mansur
  • Lisensi Paytren Adalah Bisnis yang Legalitas Perusahaan Resmi
  • Lisensi Paytren yang mempunyai Peluang Bisnis Paytren Dengan Modal Awal Terjangkau

Begitulah kalimat-kalimat yang sering digunakan oleh para Leader (affiliator) Paytren untuk merekrut mitra baru agar mereka bisa mendapatkan komisi dari transaksi pembelian lisensi user baru. Apakah mungkin Paytren adalah bisnis ponzi yang berlindung di balik layanan fintech keuangan? Silakan bandingkan sendiri dengan layanan keuangan sekarang. Ada Netzme, Ovo, Gopay, LinkAja, iSaku, Sakuku, ShopeePay, Kudo/GrabKios, PayFlazz, Flip. Dari sekian banyak layanan keuangan tidak ada yang mewajibkan pengguna untuk membayar biaya lisensi, hanya ada verifikasi identitas dan TopUp saldo.

Jika kamu masih butuh informasi tambahan silakan baca saja ulasan aplikasi Paytren di Google PlayStore, bagaimana penilaian pengguna terhadap aplikasi tersebut? Tentunya penilaian di luar masalah Error, Bug, atau kesalahan sistem. Ada yang mengeluh karena uangnya ngga kembali, ada yang rugi dan sebagainya.


Saya dulu juga seorang pengaggum UYM

Saya dulu juga seorang pengaggum UYM, mengikuti sosial media UYM bahkan saya mau berdebat dengan Hatter yang ada di halaman facebook UYM. Namun sekarang saya cukup kecewa, saya ternyata salah. UYM sama sekali kurang pemahaman dalam hal agama, yang ia tahu adalah sedekah, sedekah dan sedekah. Itupun juga salah dalam penafsiran nya ketika berdakwah, sedekah UYM lebih memaksa.

Percaya apa kata data, data tidak pernah salah. Jejak digital yang ada menjadi bukti yang kuat kalau UYM telah membohongi banyak orang, mungkin pada hari ini dia sedang di peringatkan oleh Allah agar segera bertaubat dan mengakui kesalahanya, serta mempertanggung jawabkan apa yang telah ia perbuat.

Karena UYM menyandang gelar ustad, pastinya tidak akan ada orang yang berani menegurnya. Karena menegur seorang guru itu sama halnya seperti kurang ajar, namun dunia kiti berbalik. Allah sendiri yang menegur Ustad mansur lewat netizen yang gemar sekali mengungkit kesalahan orang lain.



Saya tidak pernah membenci UYM, setiap orang pasti pernah punya kesalahan masing-masing. Namun jika tidak ada yang mengingatkan, orang tersebut akan terus-terusan jatuh ke arah yang salah. Seperti hal nya UYM, ia terus mebantah dan membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan yang pernah ia buat sebelumnya.

RyanID
RyanID Tertarik pada teknologi, full stack developer at netzku.com