Apa benar masalah kecepatan web jadi Prioritas Googel?

URL buruk di mata google tapi hasil pendapatan iklan besar

RYANID.MY.ID - Aku tahu semua website di internet semuanya lambat dan punya performa buruk di Google Search Console. Algoritma Search Console (GSC) dirancang untuk meningkatkan user engagement. Tapi sementara kita ingin penghasilan meningkat meskipun user tidak puas dengan karya kita. Contohnya web berita, mereka menayangkan banyak iklan dalam satu halaman secara besar-besaran. Saking maruknya situs berita, dia menampilkan 2-4 paragraf pertama lalu paragraf lain ada pada halaman kedua. Kegiatan ini secara langsung bisa membuat pembaca melihat / menonton iklan berkali-kali pada halaman mereka.

Jangan terlalu mengikuti peraturan Google, aku sudah pernah membuat halaman jadi 99% speed loadnya diukur berdasarkan pengukura Lighouse yang dimiliki oleh Google. Karena di optimalkan jelas kita nggak bisa menampilkan iklan secara langsung, alias harus ditundah dulu hingga beberapa menit. Aku yakin sebelum pengunjung melihat iklan mereka sudah keburu kabur, karena biasanya rata-rata durasi sesi pada setiap web itu kecil banget. Kecuali web yang kamu buat web tools dan media sosial yang paling dibutuhkan oleh banyak orang.

Alhasil penghasilan yang didapat juga kecil, dari 1k impression iklan aku cuma dapet Rp1500. Sementara tanpa di optimasi, memasang js adsense secara langsung tampa lazyload aku bisa dapatinn Rp5000-10000. Perbandinganya jauh banget kan, halaman yang tidsk dipercepat membuat kita jadi lebih leluasa menambajkan apa yang kita mau. Hasil yang didapatkan juga jadi maksimal, aku sih nggak terlalu mengikuti aturan Google.

Buat apa coba di atur-atur, hanya karena memasang javascript Adsense, javascript Google Analistik, speed halaman dibilang lambat. Padahal ketika di akses standar saja sih, nggak terlalu lemot cuma 2-3s waktu pemuatan. Jika di akses dengan jaringan kenceng pastinya lebih cepat lagi, aturan google terlalu rumit. Sepertinya google ingin menjadikan semua orang sebagai budaknya.

Jika aturan standarisasi untuk keamanan tidak masalah sih, tapi ini dalam hal konten yang kita miliki. Seenaknya bilang kecepatan halaman lambat, ini pengalamanku ya. Aku bikin artikel buku jurnal yang dimana ada banyak konten didalamnya. Hasil penilaian Lighouse 2% hahaha, betapa terlalu over protektipnya mereka. Padahal ketika aku akses halaman tersebut hanya dimuat dalam waktu hitungan detik.

Karena aturan Google ini bisa mengurangi pendapatan banyak media atau pemilik situs web enggan mengikutinya. Kompasiana, Tribunnews, Kompas tetap mempertahankan halaman web utama mereka. Untuk mengelabuhi algoritma search console yang memberikan penilaian buruk mereka memasang AMP HTML pada halaman yang diindex langsung oleh Google.

Ya emang benar, user engagement bisa didapat dengan memanjakan pengguna dengan segala jenis kemudahan. Misalnya facebook mengeluarkan aplikasi facebook lite yang sangat membantu pengguna dengan kecepatan muat halaman yang kenceng, tapi facebook tetap mempertahankan aplikasi original mereka.

Kemudian ada pula artikel instan facebook yang dimana pengguna bisa membaca artikel dengan sangat cepat. Tapi fitur ini hanya bisa dinikmati pada aplikasi original. Sekarang saya masih berfikir bagaimana caranya agar website yang saya kelolah ini bisa memanjakan pengguna dengan kecepatan muat halaman yang lebih cepat tanpa harus menggunakan halaman AMP.

Mungkin aku akan menggunakan Lazyloading dan mengurangi penggunaan terlalu banyak skrip agar bisa mencapai tujuan. Bagaimanapun, ya kecepatan muat halaman adalah suatu yang paling utama. Selama penggunaan aku setiap hari mengunjungi blog sendiri, tapi sampai saat ini aku merasa itu fine-fine aja kok.

Makanya aku belum punya nafsu yang besar buat mengembangkan halaman amp lebih jauh lagi. Sekarang aku mau lihat perkembanganya antara engagement dengan pendapatan, kalau kita maksain engagement pendapatan kecil dan membutuhkan banyak visitor agar dapat hasil yang besar.

RyanID
RyanID Saya aslinya tertarik pada teknologi elekronika, tapi karena kurang di dukung ortu, akhirnya pindah ke coding. Saat ini bekerja sebagai fullstack dev di Netzku.com