Keunggulan sistem Dukungan Open Tiket vs Live Chat

Dukungan Via Ticket sama dukungan via Chat

Ketika kamu membuat atau mengoperasikan sebuah layanan sudah pasti peran penjual sebagai helper di butuhkan. Layanan cs ini sangat penting guna membantu permasalahan banyak client.

Tapi sebenarnya pelayanan cs justru bisa merusak dan menghancurkan reputasi. Setiap user punya masalah yang berbeda-beda, punya topik pertanyaan yang berbeda. Dan penanganan untuk kasus nya mungkin membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Kalau kita menggunakan sistem chat, pengguna (user) bisa terhubung secara langsung ke pembeli. Namun ada hal lain yang akan membuat diskusi hancur. Karena user terhubung langsung dengan buyer/penjual, di sinilah user bisa melakukan spam chat yang dimana bisa membuat penjual stress dan bingung mana yang harus di layani terlebih dahulu.

Ketika user diizinkan mengakses atau terhubung langsung ke admin, mereka bisa melakukan apa saja, bahkan menghujat, meminta pelayanan lebih, dan masih banyak lagi. Sistem chat menggunakan sosial media sangat tidak effisien dalam memanajemen masalah.

Apalagi nanti akan ada notif berwarna merah pada daftar chat, jika kamu punya ribuan user tentunya notif ini akan membuat pusing. Kita akan bingung mana yang duluan harus di layani, mana yang sudah berhasil di perbaiki. Daftar chat yang banyak membuat cs kewalahan menanggapi setiap permasalahan yang muncul.

Penggunaan tiket jauh lebih effisien dibanding live chat. Penggunaan sistem tiket bisa membantu kita lebih mudah dalam memanajemen bantuan. KIta bisa mengurutkan pesan mulai dari yang urgen terlebih dahulu, memfilter berdasarkan urutan pengiriman dan membalasnya.

Dengan menggunakan tiket juga bisa membatasi seberapa jumlah pesan yang bisa di kirimkan oleh pengguna, sehingga kita bisa lebih fokus ke permasalahan pertama tanpa ada penambahan masalah baru. Jika user membuat tiket ulang, tentu saja penanganannya akan berbeda dari masalah sebelumnya.

Di sini saya akan membagikan pengalaman ketika masih menggunakan sistem chat sebagai sarana untuk komunikasi antara pembeli dan penjual. Dan seketika itu saya di buat stress oleh orang yang meminta di layani sepenuhnya.

Ketika layanan saya lambat, ia melakukan spam chat. Padahal layanan lambat itu sudah biasa, proses penyelesaian masalah membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Jadi wajar kalau resopon terkesan lambat. Nah masalahnya adalah kita sebagai pengelolah atau cs akan kesulitan memanajemen laporan yang ada jika menggunakan sosial media sebagai tempat saling komunikasi.

Sistem tiecking masih lebih unggul daripada live chat, live chat sebenarnya khusus layanan yang mempunyai banyak dukungan cs. Live chat tidak bisa memfilter chat, dan kalau menggunakan media sosial seperti telegram biasanya chat baru akan langsung muncul di bagian atas pesan.

Meskipun kamu bisa menggunakan pihak ketiga, tapi layanan yang menggunakan live chat tetap saja sulit buat memanajemen laporan serta masalah yang di hadapi. Sebagai cs kita bertanggung jawab dan membantu para user yang mengalami masalah.

Untuk membantu di butuhkan waktu, sementara itu fitur chat memungkinkan pengguna mengirim lebih dari satu pesan. Jika kita ingin membuka kembali akar permasalahan yang di laporkan akan sulit melihatnya. Kemungkinan chat tersebut sudah menjadi pesan nomer 1 atau 3. Apalagi jika jumlah user sangat banyak, kita nggak bisa mengetahui mana yang sudah di tanggapi mana yang belum.

Jika kamu punya cs yang banyak bisa menggunakan manajemen chat, manajemen bisa mengatur dan menghubungkan antara user dengan cs terkait. Sehingga permasalahan bisa di indentifikasi dan di selesaikan dalam waktu cepat.

Live chat termasuk ke dalam produk mahal, untuk sewa software seperti itu di butuhkan biaya. Tidak bisa menggunakan sosial media, jika menggunakan sosial media kita tidak akan bisa mengetahui mana yang sudah di tanggapi dan mana yang belum di tanggapi.

Pekerjaan cs bisa bentrok dengan cs lain, hal ini wajib di hindari. Itulah sebabnya saya lebih suka memilih layanan menggunakan tiket untuk menerima laporan atas dasar masalah yang terjadi. Bagaimana dengan kamu?

RyanID
RyanID Saya aslinya tertarik pada teknologi elekronika, tapi karena kurang di dukung ortu, akhirnya pindah ke coding. Saat ini bekerja sebagai fullstack dev di Netzku.com